Jumat, 08 Oktober 2010

Waktu Yang Tepat Untuk Berpisah




Pagi itu langit mendung. Ai udah ngerasain perasaan yang 'dingin' banget ketika Ai keluar rumah. Gak tau itu feeling atau apa ... tapi yang jelas pagi itu emang beda banget dari biasanya. AC mobil sudah Ai turunin sampai pol, tapi Ai tetap menggigil. Warna langit pagi itu ... mendung pucat banget. Dan pas ketika Ai turun dari mobil, gerimis kecil mulai turun bersamaan dengan berhembusnya angin. Ai mempercepat langkah Ai memasuki tempat kerja Ai.

"Pagi Mbak Ai!" sapa beberapa orang teman sekerja Ai.

"Pagi!" balas Ai.

"Brrr... dingin banget ya Mbak!" kata salah seorang dari mereka. "Mendung lagi! Gini-gini enakan tidur lagi, iya enggak sih Mbak?"

"Iya!" Ai tertawa. "Iya banget!"

"Mbak Ai, itu udah ada beberapa klien yang nunggu tolong diurus dulu ya ..."

"Ok."

Ai pun mulai menemui beberapa klien pagi hari itu. Ai melihat daftar namanya ... Ibu B ... Mbak F .... Pak R ... eh? Mana namanya Y, ya? Kok enggak ada? Ai mengerutkan kening, bingung. Ah iya, kemarin kan katanya Y mau ada urusan ke luar kota, jadi appointment untuk hari ini di cancel. Yah, bakalan sepi deh hari ini! hihihi, Ai tertawa dalam hati ... walaupun tawa itu lebih untuk menutupi kegalauan hati Ai. Ai udah mulai kebiasa untuk menantikan senyum dan sapaan ramahnya Y pagi-pagi ... dan pagi itu rasanya sepi banget.

Y, jangan lama-lama ya kita pisahnya, hehehe ... pikir Ai menghibur hati sambil menjalankan kewajiban Ai menemui klien hari itu. Biarpun tau Y lagi enggak ada di sana, sesekali Ai ngelirik ke arah pintu ... yah, kali-kali aja bisa jadi kayak drama apa-kek-namanya, dimana tau-tau aja dia ada di depan pintu. hihihi! tapi tentu aja ... sampe siang dia enggak keliatan. 

Menjelang siang, seorang teman sekerja Ai mendatangi Ai. "Mbak Ai, tolong data klien lama ini diurusin ya?"

"Oh, oke!" Ai menerima tumpukan berkas itu. Ada 3 nama klien di sana. Ibu V ... Ibu K ... dan ... Y?

"Lho, Mbak? Kok ada namanya Y di sini?" tanya Ai heran.

"Iya. Katanya dia mau dihitung keluar aja, Mbak Ai. Soalnya enggak tau sampai kapan dia perginya ..." jawab teman sekerja Ai cuek.

Dheg!

Ai agak tercekat. Ada perasaan enggak enak yang menyusup di hati. Feeling kah? Yang jelas, Ai enggak suka perasaan menyesak yang membuat Ai pengen menangis itu. Ai enggak suka perasaan itu sama sekali. Perasaan itu terus mengikuti Ai sepanjang hari ... membuat air mata Ai beberapa kali diam-diam menitik.

For God's sake, Ai! Stop being such a drama queen! Sebersit pikiran Ai itu memarahi sisi cengeng diri Ai. Mau dia kembali ke sini atau enggak, itu urusan dia! Dan lagi, tunggu aja satu-dua hari ... jangan keburu sok drama begitu, siapa tau besok pagi begitu kamu datang kembali, dia sudah ada di sini lagi ... tersenyum usil dan berkata "Pagi, Ai! Kangen nih enggak ketemu Ai! Apa kabar?"

Hehehehe ... Ai mencoba tersenyum, walau getir banget rasanya.

Lalu Ai menunggu di hari berikutnya ...

Dan berikutnya ...

Dan berikutnya ....

Dan sampai hari ini ... Y tidak datang. Padahal kalau gak salah waktu itu dia sempat bilang kalau paling lama, sehari urusannya akan selesai.

Hari ini ketika Ai pulang, langit kembali mendung... gerimsi turun bersama angin dingin ... dan sekali ini, air mata Ai enggak henti-hentinya menitik selama perjalanan pulang ketika Ai bertanya entah pada siapa:

Inikah waktu yang tepat untuk berpisah?


-Ai-

Tidak ada komentar:

Posting Komentar